
Kupang, —Para frater yang adalah mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang tengah bersiap menggelar konser istimewa bertajuk “Calpestando La Terra – Sostenendo Il Cielo” atau “Memijak Bumi – Menjunjung Langit”.
Konser ini akan menjadi perayaan iman, budaya, dan musik lintas batas yang akan digelar di tiga kota di Pulau Timor: Kupang, Atambua, dan Kefamenanu.
Penampilan perdana akan berlangsung di Aula El Tari Kupang, Sabtu malam, 18 Oktober 2025, pukul 19.00 Wita, dan akan dibuka langsung oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melki Laka Lena.
Seni, Iman, dan Filsafat dalam Satu Panggung
Konser Trans Timor Barat bukan sekadar hiburan rohani, melainkan bentuk refleksi filsafat dan spiritualitas yang diwujudkan lewat harmoni musik.
Tema “Memijak Bumi – Menjunjung Langit” menggambarkan keseimbangan antara panggilan manusia untuk berpijak pada realitas bumi sambil menatap langit — simbol harapan, iman, dan pengabdian.
Ketua Panitia, RD. Antonius Kapitan, S.Fil., M.Fil, mengatakan bahwa konser ini menjadi momentum bagi para frater untuk menghadirkan musik sebagai doa dan dialog dengan dunia.
“Kami ingin membawa pesan bahwa iman dapat bernyanyi. Musik para frater ini bukan sekadar lantunan nada, tetapi refleksi tentang kehidupan, ciptaan, dan Tuhan yang menyapa lewat harmoni,” ujarnya.
Sirilus Wali: Maestro di Balik Harmoni
Namun di balik lantunan paduan suara yang menggugah dan orkestra pengiring yang megah, ada sosok yang menjadi jantung musikal konser ini — Bapak Sirilus Wali, pelatih utama baik untuk musik pengiring maupun paduan suara frater mahasiswa.
Sebagai musisi sekaligus pelatih berpengalaman, Sirilus Wali bukan hanya mengajarkan teknik bernyanyi, tetapi juga membentuk roh musikalitas para frater. Di ruang latihan Seminari Tinggi Santo Mikhael Penfui Kupang, ia mengajarkan disiplin, kepekaan, dan kesungguhan dalam mengolah suara.
“Saya selalu katakan kepada para frater, bernyanyilah dengan hati. Musik liturgis atau konser rohani tidak akan hidup tanpa jiwa. Nada bisa salah, tetapi hati yang tulus akan selalu terdengar indah,” tutur Sirilus Wali dengan senyum tenang usai sesi latihan malam.
Di tangan Sirilus, para frater yang awalnya canggung memegang partitur kini tampil percaya diri. Ia melatih mereka bukan hanya untuk menyanyi serentak, tetapi bernapas bersama — memahami makna di balik setiap lirik dan melodi.
“Kerja keras beliau luar biasa,” kata salah satu frater sambil menata mikrofon di aula latihan. “Setiap latihan bisa berlangsung berjam-jam, tapi kami semua tahu: tanpa Bapak Sirilus, konser ini tidak akan seindah sekarang.”
Kerja Kolektif dan Dukungan Luas
Selain Sirilus Wali dan tim pelatih, konser ini juga mendapat dukungan besar dari berbagai pihak: Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kota Kupang, serta sponsor seperti La Cove Beach Resto and Bar, KSP TLM Indonesia, Unika Widya Mandira Kupang, Credit Union Serviam, Bank BNI Cabang Kupang, dan Telkomsel Kupang.
“Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penuh terselenggaranya Konser Trans Timor Barat ini,” ujar RD. Antonius Kapitan.
“Dan tentu, apresiasi khusus kepada Bapak Sirilus Wali yang dengan dedikasi dan cinta pada musik telah membentuk para frater kami menjadi duta harmoni.”
Musik sebagai Ziarah Batin
Lebih dari sekadar konser, Trans Timor Barat adalah perjalanan rohani yang mengajarkan kesetiaan, kerja keras, dan pelayanan.
Melalui harmoni musik yang lahir dari kerja kolektif antara frater dan pelatih, konser ini menjadi tanda bahwa iman dapat menemukan bentuk paling indahnya dalam seni.
“Setiap kali para frater menyanyi, terasa doa mereka bergerak dari bumi ke langit,” ucap Sirilus. “Dan di sanalah, musik menjadi jembatan antara manusia dan Sang Pencipta.”
Konser Trans Timor Barat menjadi simfoni iman dan pengabdian — buah dari kerja keras para frater, doa para pembimbing, dan tangan dingin Bapak Sirilus Wali, yang menjadikan musik bukan sekadar bunyi, tetapi bahasa cinta antara langit dan bumi.